Tugas Akhir
Tokoh Ibu Brani Dalam Pertunjukan Teater "Ibu" Karyo Nano Riantiarno Melalui Perpektif Konsep Hasrat Jacques Lacan
Tokoh Ibu Brani dalam pertunjukan teater “Ibu” karya Nano Riantiarno melalaui perspektif konsep hasrat Jacques Lacan, merupakan penelitian yang memiliki fokus terhadap aspek penokohan Ibu Brani. Penokohan Ibu Brani mengacu pada keseluruhan pertunjukan teater “Ibu” yang mengisahkan perjalanan hidup sosok Ibu Brani beserta ketiga anaknya dalam melewati situasi perang. Sebagai pemeran utama dalam pertunjukan Ibu Brani hadir dengan jiwa optimis dalam situasi perang yang syarat akan penderitaan untuk mencari peluang bisnis. Mengacu pada dialog Ibu Brani yang terlihat dalam adegan pertunjukan, diketahui bahwa terdapat indikasi yang mencerminkan suatu pengungkapan hasrat. Untuk mengetahui hasrat pada diri Ibu Brani, penelitian diawali dengan menganalisis pertunjukan “Ibu” melalui analisis struktur dan tekstur sehingga ditemukan wilayah ketidaksadaran Ibu Brani sebagai subjek melalui bahasa. Bahasa yang Ibu Brani gunakan melalaui dialog selama pertunjukan merupakan suatu identifikasi diri yang mengindikasikan sebuah pengungkapan hasrat. Dari bahasa ketidaksadaran tersebut kemudian dianalisis menggunakan teori konsep hasrat Jacques Lacan yang terdapat pada tiga tatanan yang dinamakan sebagai Triadic Lacan yang meliputi tatanan imajiner, simbolik dan riil. Adapun metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berlandas pada perspektif, definisi dan interpretasi dari konsep hasrat Jacques Lacan. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Analisis struktur dan tekstur pertunjukan teater “Ibu” sebagai acuan untuk memasuki karakter Ibu Brani. (2) Konsep Brecthian sebagai gaya berteater pada pertunjukan “Ibu” (3) Bahasa yang digunakan Ibu Brani selama pertunjukan yang merupakan identifikasi dirinya dalam proses perwujudan hasrat. (4) Hasrat terjadi dalam diri Ibu Brani melalui bahasa bawah sadar yang tercermin dalam tiga tatanan yaitu: Identifikasi dilakukan Ibu Brani melalaui pantulan pada cermin sebagai citra diri (Fase imajiner). Ibu Brani kehilangan cinta karena hadirnya hukum atas nama ayah (Fase Simbolik). pembahasan keinginan Ibu Brani untuk kembali pada kesempurnaan dan keutuhan akan tetapi mustahil untuk terjadi (Fase The Real). Hasil pembahasan tersebut menyimpulkan bahwa, hasrat dalam Ibu Brani merupakan pencarian objek pemuas tanpa sepenuhnya dapat meraih keutuhan darinya.
KT20239539 | TE/Dew/t/2022 | Ruang Skripsi | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - BACA DI TEMPAT |
Tidak tersedia versi lain