Penelitian
COVID-19 Problem Semiotika Ruang Pasar Tradisional Yogyakarta dan Solusi Desain Interior Berkelanjutan
Pasar tradisional adalah tiga layanan publik yang tidak ditutup selama pandemi COVID-19, selain Rumah Sakit dan POM bensin atau pangkalan bahan bakar. Perbedaan mendasar dari pasar tradisonal adalah pusat kerumanan manusia paling aktif dan susah diatur, sangat sensitive karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, terutama golongan ekonomi lemah yang secara kesehatan dan kesejahteraan termasuk paling rentan terdampak. Regulasi Social Distancing hampir tidak berlaku di pasar tradisional. Ada apa dengan pasar tradisional di Yogyakarta, betulkah pasar tradsional tidak punya adat-istiadat peraturan turun temurun tentang proksemika. Proxemika sesungguhnya Semiotika Ruang menurut Umberto Eco, simbol relasi antar manusia yang tersembunyi dalam jarak intim, personal, sosial dan jarak publik saat berinteraksi. Dalam bukunya The Hidden Dimention pada tahun 1966 Edward T Hall ternyata juga membahas jarak interaksi saat terjadi patologi atau wabah dan kerumunan. (Hall, 171). Kebaruan ukuran jarak interaksi antar manusia saat pandemic COVID-19 akan dianalisa menggunakan metode desain berkelanjutan Biomimikri. Mencari sumber solusi desain berdasarkan sistem alam semesta, Melakukan analisa sumber kearifan lokal masyarakat Yogyakarta dalam berinteraksi di pasar tradisional, sejak awal pasar berdiri untuk mensikapi jarak aman sesuai peraturan WHO yaitu 60 feet atau setara 180 cm antar manusia. Manfaat penelitian adalah menemukan jarak New Normal atau New Hidden Dimension yang dimiliki oleh kearifan lokal masyarakat Yogyakarta. Berguna bagi ilmu desain pasar new normal dan pasar di masa depan.
KT20231379 | PEN/DK/Ast/c/2020 | Ruang Skripsi | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - BACA DI TEMPAT |
Tidak tersedia versi lain