Buku Teks
Aruna
Buku ini merupakan buku yang di terbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta. Buku ini ditulis oleh Else Liliani. Else Liliani lahir di Yogyakrta pada 21 Agustus 1979. Beliau merupakan penulis asal Yogyakarta lulusan S3 Ilmu Sastra Universitas Gadjah Mada. Sejak tahun 2002 sampai sekarang, beliau menjadi dosen di Dosen sastra Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Else Liliani telah menulis buku sejak tahun 2011. Beberapa buku yang telah beliau tulis, diantaranya adalah Mimpi-Mimpi dari Girisubo yang ditulis pada tahun 2011. Kemudian Suluh Kartini, Lembayung di Lereng Sumbing, dan Sang Koki, Pelukis, dan Tukang Pidato yang ditulis pada tahun 2014. Saat ini beliau tinggal di Krapyak Bantul. Buku ini menceritakan tentang seorang anak berusia Seklah Dasar yang bernama Aruna. Aruna adalah seorang anak yang pandai menulis puisi dan selalu mendapat juara saat mengikuti lomba puisi. Namun ia mengalami cacat fisik, akibat peristiwa gempa bumi. Ceritanya sangat menginspirasi bukan? Buku ini dapat dijadikan literasi oleh anak-anak, bukan hanya ceritanya yang mudah dipahami tetapi juga karena kisah yang terkandung dalam buku ini sangat mengispirasi dan banyak nilai yang dapat diambil dari membaca buku ini. Pembaca yang dituju adalah anak-anak. Saat membaca buku ini mungkin anak-anak akan merasa bingung mengapa Aruna menjadi pincang, mudah marah dan kurang bersemangat untuk sekolah. Hal ini diceritakan di bab 2. Aruna mengalami kecacatan fisik saat terjadi gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006. Kakinya di amputasi karena mengalami infeksi akibat tertimpa tiang rumah. Kisah ini menjadi sangat mengharukan ketika dokter yang merawat Aruna menjelaskan bahwa mau tidak mau Aruna harus diamputasi. Siapa sih yang tidak merasa sedih mendengar berita ini? Seluruh orang terdekat kita pasti juga sedih mendengarnya. Kita pasti akan merasa tidak percaya diri, tidak bersemangat dalam menjalankan segala aktivitas, dan marah dengan keadaan yang di takdirkan Tuhan pada kita. Namun Aruna tidak seperti itu ia berusaha meyakinkan kedua orang tuanya. Bahwa ia mampu menjalankan kehidupan hanya dengan satu kaki saja. Ia juga berusaha untuk tetap tersenyum dan tidak membabani kedua orang tuanya. Tetapi tetap saja sulit bagi Aruna untuk menulis puisi lagi. Suatu hari, Pak Sis sedang membahas tentang gempa bumi di kelas Aruna. Pak Sis menjelaskan bahwa gempa bumi merupakan salah satu peristiwa alam yang tidak dapat diketahui kapan akan terjadi, yang dapat dilakukan ialah bagaimana menyelamatkan diri ketika gempa bumi terjadi. Pak Sis juga menjelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan saat terjadi gempa bumi yaitu bersembunyi di bawah meja, atau lari menuju lapangan luas. Kemudian Pak Sis meminta murid-muridnya untuk mempraktikkan cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi. Teman-teman Aruna merasa senang setelah mendapat banyak pengetahuan tentang gempa bumi dari Pak Sis. Namun hal tersebut tidak dirasakan oleh Aruna. Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta setengah tahun yang lalu itu masih meninggalkan luka mendalam baginya. Saat bel pulang berbunyi, Gesang salah satu teman sekelas Aruna, mengajak Aruna pulang bersama. Saat perjalanan pulang, Gesang bertanya apakah saat terjadi gempa bumi, ia bersembunyi di bawah meja atau tidak. Lalu Aruna menjawab, ia sudah bersembunyi di bawah meja. Kemudian Gesang bertanya lagi, mengapa kakinya sampai seperti itu. Aruna tidak menjawab. Gesang meminta Aruna untuk datang di pertandingan sepak bolanya besok. Tapi Aruna tidak berjanji akan datang saat pertandingan sepak bolanya besok. Ia merasa sakit hati dengan pertanyaan yang diberikan oleh Gesang, maka saat di perjalanan keduanya sama sekali tidak berbicara. Saat dipertigaan jalan, mereka berpisah karena rumah mereka berbeda arah. Namun Gesang berbalik menemui Aruna lagi. Ia menawarkan diri untuk menemani Aruna pulang, namun Aruna tidak mau. Tiba-tiba Aruna terjatuh, kruknya mengijak batu yang lumayan besar. Akhirnya tubuh Aruna terjatuh di tanah yang terdapat kubangan air disampingnya. Hal itu membuat bajunya kotor dan basah. Kemudian datanglah Gesang untuk membantu Aruna. Namun Gesang malah memegang kaki Aruna yang pincang. Gesang menawarkan diri untuk mengantar Aruna pulang lagi. Tetapi Aruna malah membentaknya. Gesang kaget mengapa Aruna menjadi seperti itu padanya, Aruna juga merasa menyesal setelah membentak Gesang. Kemudian Aruna meminta maaf pada Gesang dan mereka pulang menuju rumahnya masing-masing. Saat Aruna sampai rumah, ibunya bertanya apa yang telah terjadi padanya sampai bajunya menjadi kotor. Ibunya menyuruhnya untuk segera mandi dan berganti pakaian. Saat selesai mandi Aruna menceritakan apa yang terjadi saat perjalan pulang tadi pada ibunya. Tiba-tiba adiknya yang bernama Sigra pulang kemudian bertanya bagian tubuh mana yang terasa sakit sambil memegang kaki pincang Aruna. Aruna merasa kesal akhirnya ia masuk ke kamarnya dengan membawa satu kruknya saja. Sigra bingung mengapa kakaknya menjadi seperti itu. Saat dialam kamar, Aruna melihat fotonya bersama Sigra yang terletak di meja belajarnya. Ia teringat acara tujuh belasan di kampungnya. Saat itu mereka sangat senang karena telah berhasil memenangkan lomba tujuh belasan. Aruna menyadari apa yang telah ia lakukan pada adiknya itu adalah hal yang salah, maka ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan berjalan keluar rumah. Saat ia berada di lapangan, ia melihat teman-temannya sedang bermain bola. Tiba-tiba bola yang ditendang salah satu teman Aruna mengenai kakinya. Lalu salah satu teman Aruna yang lain berteriak meminta Aruna untuk menendang bola ke arahnya. Namun Aruna tidak mau, ia merasa kesal. Akhirnya ia pulang. Saat dirumah ibunya bertanya, mengapa ia terlihat kesal. Ia tidak menjawab pertanyaan ibunya itu. Setelah itu ibunya pergi. Aruna merasa bersalah. Lalu ia mencari ibunya untuk meminta maaf. Kemudian ia menceritakan apa yang dialaminya. Ibunya memberi nasihat padanya, bahwa ia harus menjadi Aruna yang dulu. Aruna yang selalu ceria, tidak mudah marah dan selalu bersemangat. Berkat dukungan dari ibunya, akhirnya Aruna memutuskan untuk kembali menulis puisi seperti dulu. Ceritanya sangat menginspirasi bukan? Melalui alur cerita ini, Else Liliana mampu menggambarkan sosok Aruna. Anak yang mudah merasa bersalah, baik hati dan mudah tersinggung. Berkat nasihat yang diberikan ibunya, Aruna menjadi bersemangat dan berusaha menjadi Aruna yang dulu. Walaupun keadaan telah berubah, namun semangat dan keceriaan harus tetap terpancar seperti dulu. Supaya kita dapat membuktikan bahwa orang yang mengalami cacat fisik dapat meraih prestasi. Setiap orang memiliki kekurangan, namun hal tersebut tidak boleh menghambat semangat dan cita-cita kita. Kekurangan tersebut dapat kita tutup dengan kelebihan yang kita miliki. Jadi buku ini sangat menarikkan untuk di baca? Keunggulan dari buku ini adalah bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami ditambah dengan adanya ilustrasi gambar, sehingga dapat menarik perhatian anak-anak. Buku ini memiliki halaman yang sedikit, jadi anak-anak akan merasa tidak cepat bosan saat membaca buku ini. Buku ini juga memiliki kekurangan yaitu buku ini hanya memiliki sedikit gambar. Dalam buku ini setiap bab hanya terdapat satu gambar saja. Gambar yang terdapat dalam buku ini bukanlah ilustrasi kartun, namun ilustrasi seperti gambaran tangan manusia. Cerita buku ini memiliki alur maju-mundur, jadi perlu pemahaman dalam membaca buku ini. Maka perlu adanya pengawasan dari orang tua saat anak merasa kebingungan dalam membaca buku ini. Buku ini memiliki kisah yang sekilas mirip dengan Hafalan Shalat Delisa. Keduanya sama-sama bercerita tentang seorang anak yang kehilangan salah satu kakinya karena musibah bencana alam yang menimpa mereka. Perbedaannya adalah buku Aruna ini khusus dibaca untuk anak-anak, serta buku ini memiliki halaman yang sedikit. Sedangkan buku Hafalan Sholat Delisa merupakan sebuah novel yang dapat dibaca oleh remaja sampai orang dewasa. Buku berjudul Aruna ini sangat cocok dibaca oleh anak-anak berusia Sekolah Dasar hingga remaja. Buku in dapat dijadikan sebagai literasi belajar bagi siswa. Cerita dalam buku ini mengandung berbagai nilai kehidupan dan sangat inspiratif. Jadi tidak ada alasan untuk tidak membaca buku inikan?
BK202131163 | 899.221 301 Lil a c.1 | Ruang Tandon Lt 4 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain