Buku Teks
Komunikasi sinema film kungfu shaolin antara mitos dan hiperealitas
Sebuah karya film pada dasarnya juga merupakan produk komunikasi. Tanpa bermaksud mengabaikan eksistensi film Indonesia yang belakangan justru semakin produktif, kehadiran film kung fu Mandarin di tengah maraknya sejumlah film produksi Amerika, Eropa, India, dan Indonesia, tentunya menarik untuk disimak. Apalagi, fenomenanya, telah menorehkan catatan unik. Tercatat memasuki era 2000-an, secara kuantitas, peredaran film kungfu di sejumlah bioskop di kota - kota besar menukik drastis, jika dibanding produksi dekade 1970-an, pertengahan 1980 - an, dan awal 1990-an. Dalam dekade tersebut, produksi film kungfu cukup mendominasi layar bioskop. Baik produksi Hong Kong maupun Taiwan. Jika dikaitkan dengan kajian ilmu komunikasi, produksi film kungfu Mandarin, pada akhirnya menjadi sesuatu fenomena yang patut untuk dicermati. Ada sejumlah simbol dan kekhasan komunikasi yang ingin disampaikan, bukan sekadaar mengenai adu jotos. Tapi ada semangat kebudayaan dan ideologi yang direfleksikan ke dalam media film. China memiliki tingkat peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Di negeri China kita dapat menemukan orisinalitas dan kekhasan yang begitu kaya. Mulai dari pakaian, alas kaki, model rambut, bahasa lisan dan tulisan, arsitektur, seni bela diri, makanan dan minuman, peralatan makan dan minum, alat penghitungan ( simpoa ), sistem pemerintahan, strategi perang, hukum, bisnis, nilai - nilai moral, peramalan ( shio ), sistem kalender, sastra dan sebagainya. Semuanya diciptakan dalam tatanan dan kebutuhan hidup masyarakatnya.
BK201722006 | 778.53 Tri k c.1 | Ruang Tandon Lt 4 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - BACA DI TEMPAT |
Tidak tersedia versi lain