Buku Teks
Makepung: Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali, Video CD dan Data Foto
Makepung adalah atraksi balapan kerbau berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali. Kata Makepung berasal dari kata makepung-kepungan (bahasa Bali) artinya berkejar-kejaran, inspirasinya muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai lampit. Lampit ditarik oleh dua ekor kerbau dan sebagai alat penghias kerbau, maka pada leher kerbau tersebut dikalungi gerondongan (gongseng besar) sehingga apabila kerbau tersebut berjalan menarik lampit maka akan kedengaran bunyi seperti alunan musik. Karena bekerja gotong royong maka ada banyak lampit yang masing-masing ditarik oleh dua ekor kerbau yang ditunggangi oleh seorang joki duduk di atas lampit. Atraksi ini dikenal masyarakat sekitar tahun 1920-an. Atraksi Makepung di sawah ini berkembang sekitar tahun 1930 dan ada di masing-masing desayangjokinya berpakaian seperti prajurit kerajaan di Jembrana zaman dahulu, yaitu memakai destar, selendang, selempod, celana panjang,saputpoleng (warna hitam putih), tanpa alas kaki dan membawa pecut. Dalam perkembangannya, Makepung kemudian dilakukan di jalanan yang ada di sekitar sawah. Jalan tanah berpasir merupakan lokasi favorit untuk balapan. Lintasan seperti ini mengharuskan peserta makepung melakukan beberapa perubahan agar balapan berlangsung lebih efektif. Bajak yang digunakan pada lintasan lumpur kemudiaan diganti pedati kecil sejak era tahun 1930-an. Pada tahun 1960 makepung dikumpulkan dalam satu organisasi yang terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok Ijo Gading Timur dan kelompok Ijo Gading Barat. Makepung dibagi menjadi 2 wilayah (blok), yaitu blok barat(hijau),blok timur (merah).Nama nama kerbau terkenal di blok barat di antaranya:moncong putih,dewi natalia,prabu angin rebut. Untuk blok timur:barong sangkar agung,lubak barak,sawung galing,mega dewi.Kedua blok akan bertemu dalam perlombaan resmi setiap dua minggu sekali. Setiap blok mempunyai sirkuit sendiri yang kerap digunakan sebagai lokasi berlatih ataupun lomba yang bersifat resmi. Seperti biasanya sebelum acara lomba Makepung, malam harinya diadakan tatap muka sekaa makepung dengan koordinator dan ketua untuk pertandingan rutin, sedangkan untuk Bupati Cup dihadiri Bupati Jembrana, dalam acara tatap muka ini juga digelar malam kesenian untuk menghibur para sekaa dan masyarakat. Pelaksanaan Lomba Makepung dimulai jam 07.30 wita berlangsung seru. Dari 209 pasang pepadu yang ikut serta dalam loba adu cepat tersebut, hanya 60 pasang dilombakan. Sementara sisanya sebagai eksibisi, pasalnya kerbau-kerbau yang dikategorikan sebagai eksebhisi masih tergolong muda-muda dan diberikan kesempatan untuk mengadu atau latihan balapan dengan lawan yang sekelas. Sementara 60 pasang yang dilombakan dibagi dalam 3 (tiga) kelas yaitu A, B dan C. Untuk kelas A diikuti oleh 10 pasang, kelas B 20 pasang dan kelas C 30 pasang. Makepung adalah sebuah kompetisi, yang menggunakan kerbau sebagai penarik kendaraan yang disebut dengan cikar. Kerbau tersebut dihiasi dengan hiasan kepala yang sangat menarik dengan warna keemasan. Panjang lintasan yang dilalui sekitar 4 Km.
Tidak tersedia versi lain