Buku Teks
Batik Semarangan: Gagasan, Fungsi, dan Makna Simbolik
Batik merupakan hasil karya budaya bangsa yang memiliki nilai-nilai tradisional karena jejak-jejak sejarah dalam penciptaannya namun berhasil eksis sampai pada zaman yang serba modern saat ini. Batik juga identik dengan suatu teknik dalam proses penciptaannya dimulai dari tahap penggambaran motif atau perintangan kain dengan lilin atau malam hingga pelorodan. Pada setiap daerah sentra batik memiliki karakteristik, perjalanan, kisah, mitos, yang menarik dan berbeda satu daerah dengan daerah yang lainnya. Bukti-bukti artefak peninggalan kerajaan Hindu di Jawa yang menjadi sumber visual dalam menegaskan asal mulanya batik. Bukti tersebut di antaranya: kesan busana bermotif batik pada patung Raja Kertajasa di Candi Sumberjati, motif hias lereng pada patung emas Syiwa di Gemuruh Wonosobo, motif titik-titik pada patung Padmipani di Jawa Tengah, dan patung-patung Hindu lainnya di beberapa tempat di Pulau Jawa (Wulandari, 2011: 11). Batik di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar, yaitu batik keraton, batik pesisiran, dan batik pedalaman. Batik keraton adalah batik yang berkembang di kalangan keraton (istana) yang cenderung motif batiknya bersifat simbolis. Contoh batik keraton yaitu batik Yogyakarta, dan Batik Solo, yang dipengaruhi kebudayaan Hindu, Budha dan Islam, dengan warna yang berciri khas netral hitam, putih, cokelat, biru indigo dan merah soga. Batik pesisiran berkembang di daerah pesisiran, misalnya Cirebon, Pekalongan, Lasem, dan Madura. Ciri khas motif batik pesisiran yaitu bentuk motif hiasnya mengungkapkan kehidupan flora dan fauna yang hidup di alam pesisir, komposisi padat, dan warna mencolok dan terang. Berbeda dengan rupa batik pedalaman yang berkembang di daerah pegunungan memiliki kecenderungan warna komplementer, monokromatik, dan motif hiasnya mengungkapkan keindahan alam flora dan fauna di sekitar masyarakat agraris. Batik Semarangan atau kampung batik yang berpusat di sentra industri batik Rejomulyo Semarang Timur, selain wilayah tersebut batik Semarangan juga terdapat di Kampung Malon, di wilayah ini terdapat beberapa perajin batik yang saat ini menjadi daya tarik pengunjung dan mulai dikenal oleh masyarakat luas. Perajin batik tersebut diwadahi dalam kelompok perajin batik, yang diberi nama “Batik Alam Malon”, yang beranggotakan 15 orang ibu-ibu rumah tangga di lingkungan Malon. Di samping kelompok “Batik Alam Malon” tersebut, terdapat juga pengrajin batik Batik Salma yang beranggotakan 5 orang. Kampung Malon merupakan satu bagian dari wilayah Kelurahan Gunungpati, Kecamatan Gunungpati Semarang, yang pada Tahun 2016 ditunjuk menjadi salah satu dari 16 wilayah yang menerima program “Kampung Tematik” Kota Semarang. Wilayah yang berada di perbukitan tersebut mempunyai potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan untuk lebih maju lagi. Di wilayah Kampung Malon ini terdapat beberapa pengrajin batik yang saat ini menjadi daya tarik pengunjung dan mulai dikenal oleh masyarakat luas. Pengrajin batik tersebut diwadahi dalam kelompok pengrajin batik, yang diberi nama “Batik Alam Malon”, yang beranggotakan 15 orang ibu-ibu rumah tangga di lingkungan Malon Jawa Tengah. Buku ini terdiri dari beberapa pembahasan, diantaranya:
Pendahuluan
Referensi yang Relevan
Penciptaan Motif Batik
Ragam Visual dan Makna Motif Batik Kampoeng Batik Rejomulyo Semarang
Ragam Visual dan Makna Motif Batik Zie Kampung Malon Gunungpati Semarang
Tidak tersedia versi lain