Buku Teks
Living Qur'an dalam Pagelaran Tari Jaran Lumping
Kajian Alquran selalu mengalami perkembangan yang cukup dinamis, seiring dengan perkembangan zaman yang dipenuhi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi perkembangan sosial budaya. Upaya untuk memahami Alquran dengan berbagai cara dilakukan, seperti melalui pendidikan, kebudayaan, kesenian, dan lain sebagainya agar memudahkan masyarakat memahami Alquran dengan cara yang sederhana, termasuk kesenian tradisional Cirebon yaitu Pagelaran Tari Jaran Lumping. Kesenian ini sudah terkenal dari zaman sebelum dan sesudah adanya Walisongo untuk mengenalkan Islam pada masyarakat.
Kesenian ini populer karena adanya atraksi-atraksi yang membuat masyarakat terkagum-kagum dan menarik perhatian untuk menyaksikan atraksinya. Kesenian ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Cirebon sebagai wilayah yang masyarakatnya masih kental akan tradisi.
Seni Tari Jaran Lumping menggambarkan gerakan penunggang kuda dengan menaiki anyaman bambu yang berbentuk kuda. Tari ini diiringi kidung (lagu) berbahasa Jawa yang berisikan doa dan diiringi instrumen gamelan renteng. Macam- macam jaran di Cirebon, antara lain jaran belo, jaran sembrani, jaran widusakti, jaran windujaya, dan jaran sekardiyu. Pementasan Jaran Lumping diawali dengan membaca surat Al-Fatihah dan meminta keselamatan kepada Allah, Rasulullah, Walisongo, dan kepada sesepuh Cirebon.
Jaran Lumping menarik perhatian masyarakat karena di dalamnya terdapat atraksi memakan gabah, memakan rumput, menginjak beling, dan penari Pagelaran Tari Jaran Lumping menyampaikan pesan Alquran melalui media seni pertunjukan. Tulisan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan masyarakat tentang Tari Jaran Lumping dan belajar bagaimana proses dakwah Islam melalui Pagelaran Tari Jaran Lumping.
Tidak tersedia versi lain