Tugas Akhir
Representasi budaya Keraton Yogyakarta dalam patung Bedhaya Kinjeng Wesi karya Ichwan Noor
Tulisan ini merupakan representasi budaya Keraton Yogyakarta yang diwujudkan dalam patung “Bedhaya Kinjeng Wesi “ oleh seorang seniman yakni Ichwan noor. Seniman pembuat karya ini mengeksplorasi tarian Bedhaya Semang Yogyakarta sebagai sumber ide penciptaan karyanya. Karya patung Bedhaya Kinjeng Wesi memberikan unsur sentuhan budaya Keraton Yogyakarta secara latar belakang karya dengan budaya tarian Bedhaya Keraton Yogyakarta dan mengaplikasikan unsur estetika dalam Teori A.A.M. Djelantik dengan memenuhi tiga aspek mendasar dalam karya seni, yakni: Wujud (rupa), Bobot (isi), dan Penampilan (penyajian). Selain itu juga menerapkan prinsip-prinsip seni rupa yakni penggunaan garis, bidang, warna, bentuk dan lainnya yang dikomposisikan dengan baik. Karya patung Bedhaya Kinjeng Wesi karya Ichwan Noor dimaknai sebagai bidadari yang turun ke bumi sebagai simbolisasi gerakan pesawat terbang dan visualisasi gerakan tari Bedhaya Kinjeng Wesi. Puluhan bidadari atau penari berwarna perak tersebut luwes menari sebagai wujud sambutan hangat dari Yogyakarta. Karya ini menyajikan bentuk penari dengan bagian tubuh yang berbeda-beda sebagai bentuk futurisme untuk menunjukkan gerak simultan di dalam karya patung. Selain itu, sayap-sayap pada penari mempresentasikan bentuk capung atau kinjeng. Jadi hanya sekedar aksentuasi dari kinjeng wesi yang diartikan serangga yang bisa terbang. Karya ini menunjukkan bagaimana pesawat udara menjadi bagian dari konsep karya itu sendiri jadi seolah-olah pesawat itu adalah capung yang terbuat dari logam yang bisa melayang atau terbang sehingga ditambahkan objek sayap sebagai simbol dari kinjeng yang dibuat dengan konsep yang menyatu.
Tidak tersedia versi lain