Penelitian
Penciptaan karya "Munyer" sebagai wujud respon terhadap lingkungan sosial di era new normal
Penciptaan karya "Munyer" merupakan sebuah respon terhadap lingkungan sosial berdasar pada peristiwa yang terjadi pada era new normal, di mana seluruh pembelajaran perkuliahan di lakukan secara daring. Padahal seperti yang terjadi selama ini, sarana untuk melakukan segala sesuatunya via online terhalang oleh banyak problema yang sangat komplek. Baik itu sinyal provider yang lemot, perkara kuota internet, pra sarana alat komunikasi yang tidak update, dan lain sebagainya. Sebagai contoh perkuliahan praktek musik tradisional menggunakan Zoom Meeting sangat banyak hambatan yang terjadi seperti kualitas suara dan gambar yang terputus-putus yang berimbas pada penangkapan mahasiswa yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berangkat dari fenomena sosial yang terjadi peneliti ingin mengangkat isu tersebut ke dalam sebuah karya seni berjudul Munyer. Munyer secara etimologi berarti berputar-putar, pusing, tidak menentu. Ide musikal berasal dari musik Singing Bowl yang suaranya berputar terus. Hal ini dijadikan sebagai idiom penciptaan karya dengan media garapan menggunakan gamelan, alat gesek, alat tiup flute atau saxophone. Tujuan penciptaan karya ini adalah sebagai salah satu respon terhadap fenomena sosial yang terjadi di ranah akademik, khususnya perkuliahan daring mata kuliah praktek musik tradisional. Metode alih wahana di pilih untuk mentransformasikan fenomena ke bentuk wujud karya musik. Proses penciptaan terdiri dari rangsangan awal, pemunculan ide, eksplorasi, improvisasi, pembentukan, dan penyajian. Luaran yang ditargetkan berupa artikel ilmiah karya seni. TKT penelitian ini berada pada level 6.
Tidak tersedia versi lain