Penelitian
Rejang Dayung tarian kuna warisan pura luhur batukau Tabanan Bali: kajian satyam, shiwam dan sundaram
Rejang Dayung merupakan tarian kuna, warisan leluhur penyangga Pura Luhur Batukau sebagai tarian wali (ritual persembahan) yang hanya disajikan di jaba tengah (madya mandala) ketika pelaksanaan puja-wali (upacara keagamaan) di Pura Luhur Batukau. Tarian ini dipertunjukan oleh para penyangga secara turun-temurun. Penarinya berjumlah antara 40 60 orang wanita, melalui proses penyucian. Tujuan penelitian ini dilaksanakan untuk konservsi seni, yaitu pelestarian, perawatan, perlindungan dan menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai keberadaannya dan nilai-nilai luhur yang dikandung tarian ini Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan lapangan, yakni mengetahui secara langsung sajian Rejang Dayung yang menggambarkan energi positif pertemuan Dewa Siwa dengan Dewi Parwati dalam mengayomi dan melindungi keharmonisan alam semesta Persembahan Rejang Dayung dilaksnakan pada saat upacara Nyineb (acara penutup) dari seluruh rangkaian pelaksanaan piodalan (upacara perayaan Pura Luhur Batukau) Luaran yang ditargetkan memperkenalkan Rejang Dayung sebagai tarian kuna, dan salah satu wujud pelestarian yang mengandung konsep Satyam (kebenaran), Shuwam (kesucian), dan Sundaram (keharmoniasan/keindahan) Target utamanya menginformasikan hasil temuan ini melalui jurnal dan membicarakan di forum ilmiah nasional Luaran tambahan diwujudkan dalam bentuk book chapter dan sebagai bagian dari materi ajar perkuliahan sejarah seni dan khususnya sejarah tarı.
Tidak tersedia versi lain