Tugas Akhir
Bentuk penyajian kesenian jathilan Putri Wanudya Sahasika di dusun Kweni, Panggungharjo, Sewon Kabupaten Bantul
Kesenian jathilan putri Wanudya Sahasika merupakan salah satu kesenian
rakyat di dusun Kweni, Panggungharjo,Sewon, Kabupaten Bantul yang masih
dikenal hingga sekarang. Kesenian jathilan putri Wanudya Sahasika ini merupakan
jathilan yang di tarikan oleh penari perempuan . Pertunjukan kesenian jathilan putri
Wanudya Sahasika yang diiringi beberapa instrumen musik atau gamelan
tradisional yang sederhana. Gerak yang terbentuk memiliki ciri khas tersendiri dari
jathilan perempuan lain yaitu adanya perbedaan gerak pada bagian memegang
properti kuda kepang disamping lalu ditendang merupakan salah satu gerak
Wanudya Sahasika, juga memiliki keunikan dalam satu gerakaan penari soraksorak melanturkan kata “hak’e-hak’e”.
Peneliti menulis tentang “Bentuk Penyajian Kesenian Jathilan Putri
Wanudya Sahasika Di Dusun Kweni, Panggungharjo, Sewon, Kabupaten Bantul”
tentunya dengan tujuan untuk mengetahui, menganalisis, dan mengkaji dengan
menggunakan pendekatan koreografi untuk mengupas permasalahan dalam
penelitian. Peneliti menggunakan sumber acuan dari buku Y. Sumandiyo Hadi yang
berjudul Koreografi (Bentuk-Teknik-isi) dan buku Kajian Tari Teks dan Konteks
dari Y. Sumandiyo Hadi.
Penari dalam kesenian jathilan putri Wanudya Sahasika berjumlah 6 sampai
8 orang penari perempuan yang berasal dari Yogyakarta. Gerak yang digunakan
yaitu salah satunya motif gerak tari gaya Yogyakarta, kemudian dikembangkan.
Kostum atau aksesoris dari penari kesenian jathilan putri Wanudya Sahasika
memiliki perbedaan bentuk aksesoris pada bagian rambut yang menggunakan
rambut palsu yang diikat menjadi satu bersama rambut penari. Kesenian jathilan
putri Wanudya Sahasika merupakan tari hiburan sehingga ruang pertunjukan
mengikuti kebutuhan.
Tidak tersedia versi lain