Tugas Akhir
Model Pembelajaran Teams Games Tournament pada Materi Pantomim di SMPIT Ar Raihan Bantul Yogyakarta
Dalam proses pembelajaran pantomim di SMPIT Ar Raihan Bantul peserta didik kelas VIII A tidak bersemangat. Pada saat guru menjelaskan materi, peserta didik tidak memperhatikan dan tidak aktif saat mengikuti pembelajaran, tidak ada interaksi antara guru dengan peserta didik begitupun sesama peserta didik yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaran Teams Games Tournament pada materi pantomim di SMPIT Ar Raihan Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah guru Seni Budaya serta peserta didik kelas VIII A dan objeknya adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada materi pantomim. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk validasi data pada penelitian kualitatif menggunakan triangulasi teknik, dan untuk analisis data menggunakan pengumpulan, reduksi, penyajian, dan kesimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Terdapat peningkatan nilai peserta didik dari pretest, siklus satu, dan dua. Nilai rata-rata pretest adalah 67, siklus satu menjadi 74, karena belum sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai 75 maka dilanjutkan siklus dua dengan nilai rata-rata 78. Persentase peningkatan pada masing-masing siklus pretest ke siklus satu sebesar 10, 45 %, dan dari siklus satu ke dua menjadi 5,41%. Peningkatan pretest ke siklus kedua sebesar 16,42%. Selain itu TGT juga menjadikan peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi dan mau berlatih pantomim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Terdapat peningkatan nilai peserta didik dari pretest, siklus satu, dan dua. Nilai rata-rata pretest adalah 67, siklus satu menjadi 74, karena belum sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai 75 maka dilanjutkan siklus dua dengan nilai rata-rata 78. Persentase peningkatan pada masing-masing siklus pretest ke siklus satu sebesar 10, 45 %, dan dari siklus satu ke dua menjadi 5,41%. Peningkatan pretest ke siklus kedua sebesar 16,42%. Selain itu TGT juga menjadikan peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi dan mau berlatih pantomim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Terdapat peningkatan nilai peserta didik dari pretest, siklus satu, dan dua. Nilai rata-rata pretest adalah 67, siklus satu menjadi 74, karena belum sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai 75 maka dilanjutkan siklus dua dengan nilai rata-rata 78. Persentase peningkatan pada masing-masing siklus pretest ke siklus satu sebesar 10, 45 %, dan dari siklus satu ke dua menjadi 5,41%. Peningkatan pretest ke siklus kedua sebesar 16,42%. Selain itu TGT juga menjadikan peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi dan mau berlatih pantomim. dan doa. Nilai rata-rata pretest adalah 67, siklus satu menjadi 74, karena belum sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai 75 maka dilanjutkan siklus dua dengan nilai rata-rata 78. Persentase peningkatan pada masing-masing siklus pretest ke siklus satu sebesar 10, 45 %, dan dari siklus satu ke dua menjadi 5,41%. Peningkatan pretest ke siklus kedua sebesar 16,42%. Selain itu TGT juga menjadikan peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi dan mau berlatih pantomim. dan doa. Nilai rata-rata pretest adalah 67, siklus satu menjadi 74, karena belum sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai 75 maka dilanjutkan siklus dua dengan nilai rata-rata 78. Persentase peningkatan pada masing-masing siklus pretest ke siklus satu sebesar 10, 45 %, dan dari siklus satu ke dua menjadi 5,41%. Peningkatan pretest ke siklus kedua sebesar 16,42%. Selain itu TGT juga menjadikan peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi dan mau berlatih pantomim.
Tidak tersedia versi lain