Penelitian
Penciptaan Pertunjukan Virtual :Jogja Rindunyo Denai" Reinterpretasi Folklor Yogyakarta
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kelompok orang yang disebarluaskan dan diwariskan secara turun-temurun dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat alat pembantu pengingat. Sifat-sifat folklor yang mengutamakan kelisanan, membuatnya sangat mudah berubah atau bahkan hilang. Kelisanan tersebut juga memberikan ruang reinterpretasi tidak terbatas. Folklor daerah Yogyakarta selama ini turut dirasakan oleh para mahasiswa pendatang yang hidup dan tinggal di tengah masyarakat. Selama itu pula, mereka ikut serta sebagai pendukung kehidupan folklor lokal tersebut. Saat pandemi melanda dunia, para mahasiswa dipaksa pulang ke kampung halamannya. Sebagai warga Yogyakarta Dalam masa menunggu di kampung, mahasiswa memiliki peluang untuk mengartikulasikan interpretasi terhadap pengalaman folkloric mereka selama di Yogyakarta. Pengalaman tersebut diartikulasikan dengan mengakomodasi unsur-unsur budaya budaya lokal mereka. Selama pandemi, ungkapan secara virtual adalah merupakan sebuah keniscayaan. Penciptaan ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana folklor mempengaruhi ruang bawah sadar individu yang mendapatkan paparannya. Diharapkan dengan karyaini akan menyadarkan bagaimana pentingnya folklor dalam kehidupan para pendukungnya. Pada akhirnya akan tumbuh kesadaran upaya untuk melestarikan folklor Indonesia sebagai salah satu kekayaan budaya tak benda yang tak ternilai. Pertunjukan virtual Jogja Rindunyo Denai (JRD) merujuk pada tahapan-tahapan penciptaan kreatif seperti yang dikemukakan oleh Graham Wallas dalam buku Psikologi Seni karangan Irma Darmayanti Tahapan-tahapan tersebut yaitu, (a) Preparation (Persiapan), (b) Incubation (pengeraman), (c) Ilumination (tahap ilham, inspirasi), (d) Verification (tahap pembuktian atau pengujian) (Damayanti, 2006). Pemahaman terhadap mise en scene menjadi pilihan untuk mengartikulasikan pilihan visual dari pertunjukan ini. Hasilnya diharapkan berupa pertunjukan virtual dengan tema folklor Yogyakarta yang mengalami reinterpretasi berdasar konsep lokal yang berbeda. Pertunjukan virtual ini akan memadukan Budaya Yogyakarta dengan Budaya Minang, tepatnya Nagari Salareh Aia di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Hasil pengkajian diharapkan menjadi sebuah pertunjukan virtual yang melibatkan interaksi antar pemain maupun pemain dan penonton dalam sebuah media daring. Pertunjukan dalam media daring secara terbatas ini merupakan validasi prototipe/produk/karya seni skala studio (Studio Scale Prototype) atau TKT 5.
Tidak tersedia versi lain