Tugas Akhir
Bentuk Penyajian Tari Sirompak di nagari Taeh Baruah 50 Kota
Basirompak pada awalnya merupakan upacara ritual magis yang dilakukan
oleh seorang pawang sirompak yang bertujuan membalas hati seorang pria yang
sudah dihina seorang wanita. Kata Sirompak berasal dari kata marompak, yang
terdiri dari kata si dan rompak. Si menunjukkan pelaku atau pemain, sedangkan
rompak menunjukkan asal kata dari marompak, yang berarti membuka. Jadi
Sirompak adalah orang yang membuka hati seseorang agar bisa dikuasai, dengan
perantara gerak yang diiringi dendang dan saluang. Gerak-gerak ini yang menjadi
suatu bentuk tari, yang dinamakan dengan tari Sirompak. Dahulu tari Sirompak
digunakan untuk kepentingan ritual, namun sekarang hanya sebagai hiburan
masyarakat. Bentuk penyajian tari Sirompak tidak berubah namun faktor magis
dihilangkan.
Untuk menganalisis Bentuk Penyajian Tari Sirompak di Nagari Taeh
Baruah 50 Kota, digunakan metode deskripsi analisis dengan menggunakan
pendekatan antropologi dan koreografi. Pendekatan Antropologi dipakai untuk
melihat tari dalam melihat keberadaan tari Sirompak yang dipengaruhi oleh aspek
sosial, budaya, sejarah, latar belakang dan masyarakat pendukungnya. Untuk
membedah bentuk penyajian tari dipakai pendekatan Jacqueline Smith dengan
melihat empat tahap urutan penyajian tari Sirompak.
Hasil yang diperoleh, penyajian tari Sirompak dalam acara Basirompak tidak
mengalami perubahan bentuk penyajian, tetap menggunakan gerak-gerak pencak
silat yang indah, dan hanya unsur magisnya dihilangkan. Tari Sirompak memiliki
tema tari literal karena tari ini menceritakan bagaimana proses upacara basirompak
meminta bantuan ke yang gaib, ketika masih menjadi ritual guna-guna. Saluang
Sirompak dan dendang sangat berperan penting dalam tari Sirompak, bukan sebagai
pengiring tarian saja tetapi juga sebagai penentu gerakan yang akan ditarikan oleh
penari.
Tidak tersedia versi lain