Tugas Akhir
Pergerakan kamera untuk menghidupkan adegan tokoh utama dalam sinematografi film fiksi "Transit"
Isu perbedaan suku bergerak semakin masif karena pandangan dan stereotipe yang telah beredar di masyarakat. Salah satu mitos yang beredar di masyarakat adalah larangan menikah antara etnis Sunda dan etnis Jawa. Transit adalah film dengan genre drama roman yang menceritakan momen-momen terakhir sepasang kekasih berbeda suku (Jawa dan Sunda) yang harus berpisah. Kemampuan menggerakkan kamera adalah aspek paling mendasar yang membedakan film dengan lukisan, foto, dan seni visual lainnya. Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk film. Aspek sinematografi memainkan peran yang besar dalam bagaimana cara film akan terlihat dalam mendongengkan kisah.
Dalam visualisasi naskah film "Transit", sinematografer menerapkan konsep sinematograf. Pergerakan kamera untuk menghidupkan adegan tokoh utama, terutama memperlihatkan aksi yang lebih nyata ketika adeganberlangsung dan mempengaruhi adegan dengan kualitas yang penuh dengan perasaan. Merujuk KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian kata hidup adalah bergerak, masih terus ada dan bekerja sebagaimana mestinya. Selaras dengan pengertian tersebut, film dipahami sebagai rangkaian gambar bergerak. Sesuatu yang secara alamiah bergerak akan dipersepsi sebagai "hidup" serta mampu bergerak relatif terhadap lingkungannya.
Pada pembuatan film naratif, konsep kunci dari pergerakan kamera adalah harus memiliki motivasi. Gerakan kamera terintegrasi secara diegesis dalam dua kategori yaitu gerakan 'eksternal' meliputi gerak yang terstimulus oleh gerak fisik dari tokoh dan gerakan 'internal' atau psikologis. Efek gerakan kamera tidak dapat ditangkap pada halaman tertulis (Skenario), untuk membuat mereka (tokoh) 'menjadi hidup' di halaman aplikasi film.
Tidak tersedia versi lain