Tugas Akhir
Perjalanan Musik Populer Minang dari Dekade 30-an sampai 2000-an: Sebuah kajian historiografi
Keberadaan musik populer di Minangkabau dilihat dari aspek sejarahnya melalui dua fase yaitu: fase pertama melalui kontak budaya dengan bangsa asing ( Barat) yang datang ke Minangkabau. Fase ke dua, melalui lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan pemerintah Hindia Belanda seperti, Gouvernementandsche School, Kweek school, serta INS Kayutanam lembaga pendidikan yang didirikan M.Syafei. Dari kedua fase ini budaya musik Barat yang dilatar belakangi tangga nada diatonis akhirnya berkembang di Minangkabau. Penelitian ini menggunakan metode historiografi kritis dalam jenis kajian kualitatif, untuk mengkaji perubahan dan pembaharuan yang terjadi terhadap musik populer Minang dari Era tahun 30-an sampai 2000. Perubahan yang dikaji menyangkut aspek lirik serta unsur-unsur musik yang membangun musik populer Minang, dengan pendekatan musikologis. Data musikal yang dipakai berupa rekaman kaset lagu-lagu Minang populer sesuai dengan era perkembangannya. Musik populer Minang dalam konteks sejarah seni pertunjukan Minangkabau, memiliki empat era yang mempengaruhi bentuk-bentuk musikal yang berkembang di masyarakat. Diawali orkes Gumarang, Orkes Kumbang Cari, Zainal Combo dan Agus Taher dan kawan-kawan. Gaya musik yang ditawarkan Gumarang lebih mengarah kepada musik Barat melalui fenomena musik Amerika latin. Orkes Gumarang cenderung memakai instrumenakustik. Kumbang cari memulai dengan menggunakan ide-ide musikal tradisi, seperti peniruan bunyi instrumentradisi yang di adopsi kedalam bentuk gaya melodi. Zainal Combo sebagai generasi terakhir kelompok musik populer Minang yang terpola dalam bentuk grup Musik, mencoba memasukkan instrumentradisi dalam konsep orkestrasi musikalnya. Agus Taher dan kawan-kawan memulai dengan gaya lagu berbentuk ratok. Mencermati aspek musikologinya, dari era Gumarang sampai era Agus Taher gaya perjalanan melodi lagu-lagunya lebih bayak memakai pola yang runtun, baik dalam bentuk melodi naik maupun turun, dengan pemakaian pola interval yang cenderung berjarak prime, sekonde, terts dan kwart. Dari empat kelompok yang mewakili era masing-masingnya, perbedaan terlihat pada pola garapan harmonisasi lagu, serta orkestrasi musik pengiring. Selain itu, musik populer Minang sebagai musik industri tidak terlepas dari konsep idiologi pasar, sehingga pengaruh musik yang berkembang saat itu juga terlihat mempengaruhi konsep orkestrasi musik populer Minang.
Tidak tersedia versi lain