Buku Teks
99 Strategi Branding di Era 4.0
Masih banyak masyarakat yang menganggap antara Branding dan Marketing adalah sama. Tetapi pada dasarnya keduanya sangat berbeda. Branding membutuhkan marketing tetapi marketing belum tentu membutuhkan branding. Marketing dapat berkontribusi pada branding, tetapi branding lebih besar daripada usaha marketing itu sendiri.Marketing bisa dilakukan secara cepat sedangkan branding (membangun sebuah merek) butuh waktu yang lama. Branding harus menjadi seuatu yang dipercaya, disukai, berbeda dan khas. Dan dapat membuat merek menjadi mahal, prestisius, dan sangat bernilai.
Revolusi Industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bahasa Inggris Disruption artinya gangguan, kekacauan atau masalah yang mengganggu. Secara praktis diartikan , disrupsi adalah bewntuk perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan Internet of Things (IoT). Contohnya adalah perubahan media cetak menjadi media online, ojek menjadi ojek online, mal dan pasar diganti menjadi toko online dan sebagainya. Revolusi Industri 4.0 mengancam perusahaan-perusahaan besar dimana disrupsi teknologi hadir begitu cepat dan banyak yang telah tumbang karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan zaman yang terus berubah. Perusahaan yang survive hanya mereka yang dapat berinovasi dan membentuk model bisnis dengan cara-cara baru, termasuk dalam strategi branding. Model industri di era disrupsi ini menggunakan kombinasi teknologi terbaru seperti teknologi informasi dan komunikasi, sistem jaringan, Internet of Things, Big Data, Cloud Computing, virtualisasi dan lain-lain. Digitalisasi branding menjanjikan kemudahan, efektivitas dan efisiensi. Persaingan semakin ketat. Dengan digitalisasi branding bisnis yang dibangun akan relevan terhadap perkembangan zaman. Di masa depan peran branding sangat penting. Sebab aplikasi dunia branding tidak hanya melalui media sosial, situs web dan aplikasi smartphone saja, tetapi melibatkan teknologi terbaru seperti heat mapping, beacons, mixid reality, internet of emotions dan lain-lain. Branding masa depan menggunakan teknologi pemetaan yang dapat mengetahui lokasi mana yang paling diminati konsumen. Sehingga pebisnis dengan mudah mengirim materi branding yang disukai konsumen dan dapat memperoleh konsumen yang sesuai dengan produk dan layanannya. Teknologi masa depan dapat mengetahui toko mana yang paling banyak dikunjungi konsumen dan barang apa saja yang paling banyak dibeli/disukai konsumen. Alhasil perusahaan dapat mendistribusikan materi promosi yanag cocok kepada konsumen sehingga sangat sesuai dengan apa yang dibutuhkan konsumen. Menurut Luiz Moutinho konsumen ingin selalu berinteraksi dengan brand sehingga dalam startegi merek harus mampu beralih dari 4P (product, price, place, promotion) menjadi 4E (engagement, experience, exclusivity, emotions). Dengan formula ini sebuah brand akan terlihat paling depan, hebat dan dekat.
Tidak tersedia versi lain