Buku Teks
Sepuluh Pokok Ajaran Kejawen
Mistik kejawen sesungguhnya merupakan manifestasi dari agama Jawa. Agama Jawa adalah akumulasi praktik religi masyarakat Jawa. Dalam praktik religi tersebut, sebagian orang meyakini ada pengaruh sinkretik dengan agama lain, sedikitnya agama Hindu, Budha, dan Islam. Sebaliknya ada yang meyakini secara puritan bahwa mistik kejawen adalah milik manusia Jawa yang telah ada sebelum ada pengaruh lain. Paling tidak dalam kaitan itu, telah banyak bukti berupa karya-karya sastra Jawa yang merupakan tuntunan bagi para penganut mistik kejawen. Karya-karya yang dihasilkan oleh para pujangga Jawa itu, sebagian memang ada pengaruh agama lain. Karya-karya seperti Arjuna Wiwaha karangan Empu Kanwa, Serat Cebolek karya Yasadipura, Serat Centhini karya Pakubuwana V, merupakan karya-karya besar yang memuat pengetahuan mistik kejawen. Berbagai karya besar para pujangga tersebut, seringkali oleh para penganut mistik kejawen dijadikan sebagai petunjuk praktis dalam menjalankan laku spiritual. Bahkan tak jarang pula di antara mereka meyakini karya leluhur itu sebagai pedoman dalam menjalankan mistik kejawen. Oleh karena yang mereka lakukan berkiblat dari buah karya para leluhur yang telah memiliki pengalaman batin, ada sebagian yang sering menyakralkan beberapa karya pujangga. Mereka lalu beranggapan bahwa laku mistik kejawen itu sebagai salah satu wacana religiusitas yang pantas dihormati.Sebagai sebuah agama Jawa, tentu saja mistik kejawen akan mengatur hubungan manusia secara horizontal dan secara vertikal. Hubungan secara horizontal disebut memayung hayuning bawana dan secara vertikal dinamakan manunggaling kawula gusti. Hubungan tersebut memiliki dimensi spiritual yang dikenal dengan sebutan panembah. Artinya, manusia Jawa akan berbakti kepada Tuhan melalui ritual mistik kejawen (Suwardi Endraswara, 2012).Boleh dibilang esensi agama Jawa adalah pada pemujaan nenek moyang atau leluhur. Pemujaan tersebut diwujudkan melalui sikap mistik dan slametan. Meskipun secara lahiriah mereka memuja kepada roh dan juga kekuatan lain, namun esensinya tetap terpusat kepada Tuhan. Jadi, agama Jawa yang dilandasi sikap dan perilaku mistik tetap tersentral kepada Tuhan. Tuhan adalah sumber anugerah, sedangkan roh leluhur dan kekuatan sakti tadi hanyalah perantara saja. Titik sentral dari agama Jawa, tak lain termanifestasi pada ritual-ritual slametan yang dioplos dengan adat-istiadat Jawa. Tradisi rakyat yang masih primitive dan puritan justru sering mewarnai keaslian hubungan mistik. Para penganut mistik biasanya sangat memercayai adanya slametan sebagai tindakan visual mistik. Slametan dipandang sebagai sebuah representasi harapan yang penuh pengorbanan secara ikhlas lahir dan batin.
Tidak tersedia versi lain