Tugas Akhir
Upaya Pelestarian Tari Igol Sai Batin pada Masyarakat Adat Saibatin Pekon Sanggi Unggak, Bandar Negeri Semuong, Tanggamus
Tari Igol Sai Batin merupakan suatu kesenian tari yang berasal dari
masyarakat adat saibatin di Pekon Sanggi Unggak, Bandar Negeri Semuong,
Tanggamus. Tarian ini adalah bentuk tari berpasangan yang dilakukan oleh mulimekhanai atau gadis-bujang yang menari di atas talam dengan menggunakan
properti kipas. Tarian ini biasanya menjadi bagian dalam gawi adat (acara adat) dan
hanya dapat ditarikan dan dihadiri oleh kalangan bangsawan saibatin. Hal ini
kemudian berimbas kepada eksistensi Tari Igol Sai Batin di masyarakat. Tarian ini
terakhir kali dipentaskan pada sekitar tahun 1935 dan muncul kembali pada tahun
2016, saat Taman Budaya Provinsi Lampung melakukan penggalian ulang untuk
mengembalikan eksistensi dan melestarikan tarian ini.
Permasalahan mengenai pelestarian suatu produk kebudayaan biasanya
berfokus pada tiga hal utama, yaitu siapa yang melestarikan, apa yang dilestarikan,
dan bagaimana pelestarian itu dilakukan. Guna menjawab permasalahan pelestarian
dalam penelitian ini, akan digunakan teori sosiologi-budaya milik Raymond
Williams yang terdiri atas tiga komponen utama antara lain, institutions, content,
dan effect. Institutions atau lembaga budaya menjelaskan siapa yang menghasilkan
dan siapa yang turut serta melakukan kontrol terhadap budaya tersebut. Kemudian
content atau isi budaya diartikan sebagai produk budaya yang dihasilkan dan nilainilai apa yang diupayakan di dalamnya. Kemudian, effect atau efek budaya
diartikan sebagai konsekuensi yang diharapkan dari hadirnya budaya tersebut.
Berbagai upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
dang sanggar ini merupakan bentuk tanggungjawab dan kepedulian terhadap
keberlangsungan tarian ini. Melalui upaya pelestarian yang telah dilakukan
diharapkan tarian ini dapat terus eksis dan terhindar dari ambang kepunahan..
Tidak tersedia versi lain