Tugas Akhir
Penyutradaraan Film Fiksi 'Pergi Menghias Bapak' dengan Gaya Realisme Magis
Fenomena patriarki yang mengakar dan kekerasan yang dialami perempuan baik fisik maupun psikis masih berbanding lurus; membuat gerah. Hal ini kemudian menjadi keresahan yang memunculkan reaksi. Bentuk reaksi tersebut adalah penggarapan film fiksi “Pergi Menghias Bapak” yang diproduksi dari naskah dengan judul yang sama, Pergi Menghias Bapak. Dengan latar belakang hubungan yang tidak baik antara Anak Laki dan Bapak. Hal ini karena Bapak memperlakukan Ibu dengan buruk, namun Ibu masih merawat dan mencintai Bapak, tentu anomali ini tidak dapat dipahami oleh Anak Laki. Secara utuh, film “Pergi Menghias Bapak” menceritakan bagaimana hubungan dua arah sebuah keluarga, Ibu – Anak Laki, Ibu – Bapak, dan Bapak – Ibu. Namun ketika menggali sedikit perspektifnya, kita bisa melihat realita jerat patriarki yang mengakar dalam masyarakat. Guna mendapatkan porsi yang lebih untuk mengemas dan mengarahkan kemana film akan dibawa, sutradara yang dipilih sebagai posisi yang tepat untuk mengolah film. Hal ini sesuai dengan pengaturan pengotoritasan untuk menginterpretasikan dan menerjemahkan naskah. Film “Pergi Menghias Bapak” dengan naskah yang nyata dan dekat, diinterpretasi menjadi sebuah realisme yang magis. Realisme Magis pun dipilih sebagai gaya penyutradaraan. Gaya ini berusaha mengemas fenomena yang bisa saja sangat dekat atau sangat jauh dengan realita yang ada. Gaya tersebut dinilai tepat untuk bermain dengan hal yang nyata dan tidak nyata. Lima unsur realisme magis yaitu unsur-unsur yang tidak dapat direduksi, dunia-dunia fenomenal, keragu-raguan yang tidak menentu, penggabungan alam, dan gangguan waktu, ruang, dan identitas akan dimunculkan dalam setiap adegan.
Tidak tersedia versi lain