Buku Teks
Cendikiawan dan Politik
Buku ini memaparkan seluruh konspirasi sejarah yang selama ini kita yakini lewat tutur kata maupun pelajaran di sekolah. Seandainya tidak ada buku ini, sejarah bangsa Indonesia, tidak ada yang berani menguak setajam dan selugas Dhakidae. Sejarah akan tetap gelap dan kekuasaan bahasa yang diwacanakan akan semakin mendorong bangsa ini saling membenci. Perdebatan tentang PKI misalnya, hingga saat inipun masih tergelapkan oleh suasana yang tidak fair dalam membaca sebuah sejarah. Dhakidae, dengan menggunakan dokumen transkrip yang asli maupun yang diterbitkan untuk umum dan diberi pengantar oleh Soeharto, disimpulkan bahwa Gerakan G 30 S/PKI, ternyata bukan oleh PKI.
Sejarah Perjuangan Kebangsaan Indonesia, tak bisa dilepaskan dari peran para cendekiawan dari waktu-ke-waktu. Oleh karena itu, menguak sejarah berarti menyoroti: karakter, peran, sumbangan, latar belakang, dan basis sosial-ekonomi-politik. Melongok sejarah mundur ke belakang pada tahun dimana Boedi Oetomo didirikan. Pada periode ini terjadi suatu gerak a-simetris kebudayaan. Hal itu berupa: Belanda memasuki kebudayaan pribumi sejauh mungkin, dalam pada itu tidak membiarkan pribumi memasuki kebudayaan di bagian yang paling inti yaitu bahasa.
Politik Etis merangsang sesuatu yang sama sekali berbeda dalam perkembangan berikutnya. Yang paling menonjol adalah perlawanan R. M. Soewardi Soerjaningrat yang kelak lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara.Panggung teaternya adalah hari “Kemerdekaan” Belanda dari penjajahan Perancis pada bulan November 1913.
Tidak tersedia versi lain