Tugas Akhir
Eksperimentasi Ritme Pilemburan Melalui Wacana Alih Wahana dalam Penciptaan Pakusarakan Kuring
Penciptaan karya Pakusarakan Kuring (tanah kelahiran) ini dimaksudkan untuk menjawab
tantangan bagaimana melakukan pengembangan seni Karawitan dengan melakukan penelitian seni
budaya dan eksperimentasi ritme yang berasal dari bebunyian Pilemburan (desa). Bebunyian
Pilemburan mempunyai kekhasan dan berasal dari aktivitas sosial budaya masyarakat desa. Bebunyian
ini bisa saja berasal dari mainan anak, hingga alat pertukangan/ pertanian. Eksperimentasi ritme
dilakukan berdasar pertimbangan bahwa Karawitan sebagai seni tradisi mempunyai aturan kuat yang
biasanya disebut pakem, namun waditra (instrumen Karawitan) sebenarnya bisa dimainkan secara bebas
diluar pakem. Hal ini mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok musik (band) yang menggabungkan
instrumen musik dengan waditra, namun kelompok-kelompok ini memberlakukan waditra hanya
sebagai pengisi/penyerta tidak sebagai lead. Pakusarakan Kuring menggunakan hasil penelitian seni
budaya desa sebagai pertimbangan penyusunan dalam penciptaannya terutama pada pola pembagian
waktu dan nilai-nilai budaya desa.
Penciptaan karya ini bersumber pada konsep alih wahana dari yang lama menjadi wahana yang
baru, melalui eksplorasi elemen musikalnya. Alih wahana dalam karya ini dapat dilakukan karena
adanya hubungan antar media baik dalam artian sebagai alat ataupun gagasan.
Metode penelitian dalam penciptaan ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif
berdasarkan studi pustaka dan dioperasionalkan melalui metode eksperimen. Data-data yang
dikumpulkan terdiri dari pola ritme berbagai sumber bunyi baik yang konvensional maupun non
konvensional.
Pada kehidupan keseharian, masyarakat dusun Ciburulung masih menjalankan nilai-nilai tradisi
Sunda, yang tercermin dibanyak hal terutama pada pembagian waktu. Pembagian waktu ini kemudian
dijadikan inspirasi dalam membuat bagian-bagian pada komposisi karya Pakusarakan Kuring (Bihari,
Kamari Kiwari). Kesenian desa yang ada biasanya dipagelarkan pada acara budaya yang berbasis
budaya pertanian. Bebunyian desa dapat dijadikan sumber ide terutama dipersoalan ritme pada bunyi
yang pada saat tahapan pembentukan dicoba untuk digantikan dengan padanan bunyi waditra, sehingga
mendapatkan kesan ritme karawitan yang baru.
Penciptaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa dalam mengembangkan seni karawitan dapat
menggunakan sumber bunyi dari apapun untuk pengelolaan ritme, sehingga dapat menjadi sebuah ritme
baru. Pakem seni tradisi bukan berarti dilupakan namun tetap dijadikan dasar untuk mempertimbangkan
kebaruan. Penciptaan yang berangkat dari kegelisahan (individual) dapat mendorong tumbuhnya
pemikiran kritis pada pencipta, sehingga memudahkan mencari padanan/ kesamaan dalam proses
penciptaan.
Tidak tersedia versi lain