Buku Teks
Bila seniman melawan : siasat kesenian tradisi menghadapi hegemoni Negara dan ancaman globalisasi
Haruskah seni(man) - tradisi(onal) menuruti selera pasar ?. Sebagai sebuah ekspresi kebebasan dan citra diri masyarakat haruskah ada standarisasi - sertifikasi bagimereka agar layak disebut sebagai seniman ? Adakah ketakutan penguasa atas sebuah ekspresi kebudayaan sehingga ia perlu " diterbitkan " dan " dibina "? Fenomena demikian muncul seiring dengan gelombang modernisasi dan globalisasi, dimana pasar kesenian telah didominasi budaya populer dan kebudayaan barat, yang secara keseluruhan semakin menempatkan posisi seniman tradisional "tersungkur" dan disingkirkan dalam pentas kehidupan kebudayaan modern. Hanya mereka yang mampu takluk di bawah kekuatan globalisasi dengan menyesuaikan semua atributnya dengan selera pasar global. Buku ini secara umum ingin melihat kehidupan seniman tradisional Ponorogo sebagai subkultur yang melawan proses hegemoni oleh kekuatan - kekuatan dominan. Dengan nada kritis namun reflektif penulis cobe memotret fenomena yang jarang menjadi perhatian namun berdampak besar terhadap keberlangsungan seni(man) - tradisi(onal) khususnya di Ponorogo yang menyimpan banyak sekali khazanah tradisi dan budaya lokal.
Tidak tersedia versi lain