Tugas Akhir
Gurda Pada Batik Larangan Yogyakarta
Penelitian ini penting untuk dikaji karena sebagai bentuk pengetahuan
akan tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu tentang motif gurda pada batik
larangan. Motif yang satu ini memiliki daya tarik yaitu mempunyai bentuk yang
bervariatif, dan dalam kehidupan masyarakat Jawa motif ini digunakan sebagai
lambang tertentu maupun digunakan pada saat upacara ritual sebagai nilai
simbolik sakral. Selain itu penggunaan gurda sebagai komoditas industri, dapat
diamati pada desain-desain gurda yang mulai berkembang pada batik di luar
tembok Kraton Yogyakarta.
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskritif. Hal yang akan diteliti berupa bentuk, fungsi, dan makna
simbolik yang ada pada motif gurda. Melihat gurda mempunyai beberapa
klasifikasi bentuk dan dapat ditempatkan pada batik lain. Fungsi di sini
menggunakan teori Edmund Burke Feldman mengenai fungsi seni dan pendekatan
semiotik Roland Barthes secara khusus menuju pada tuturan mengenai mitos.
Diperkuat dengan menggunakan teori dari Jakob Sumarjo mengenai estetika
paradoks. Peneliti melakukan perbandingan dengan melihat perbedaan motif
gurda yang ada di Yogyakarta- Suarakarta dengan motif di beberapa daerah di
Jawa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini
memperoleh analisis dari motif gurda pada batik larangan Yogyakarta dan
perbedaan gurda Yogyakarta dengan daerah-daerah lain di Jawa. Bentuk gurda
yang bervariatif disebabkan oleh hasil penyelesaian dalam pembuatan pola gurda
selain itu adanya deformasi dan stilisasi terhadap bentuknya, sementara perbedaan
gurda Yogyakarta dengan daerah lain disebabkan adanya faktor dalam dan luar
yaitu sosial kultural. Pada fungsi gurda perubahan fungsi dari gurda sebagai
benda sakral, bentuk status sosial, dan perubahan menjadi komoditas industri.
Pada analisis kosmologi yang ada pada motif gurda yang ada pada batik larangan
Yogyakarta, gurda melambangkan dunia atas yaitu seseorang yang
mengendalikan hidupnya dapat mencapai kebenaran yaitu termasuk dunia atas.
Pada batik semen yang terdapat motif sawat ageng melambangkan kekuasaan,
keperkasaan yang hanya dikenakan oleh raja, mengacu pada mitologi Hindu-Jawa
garuda mewakili dari bentuk manusia.
Tidak tersedia versi lain