Tugas Akhir
Hyang Sitawaka
Pemimpin sebuah kerajaan biasanya adalah seorang laki-laki, berbeda dengan yang terjadi di kerajaan Matswapati yang memiliki raja seorang perempuan yang bernama Sitawaka.Sitawaka merupakan titisan dari Sang Hyang
Betari Sri prameswari dari Sang Hyang Betari Wisnu. Sitawaka merupakan sosok
perempuan yang mempunyai jiwa kepemimpinan serta kharisma yang tinggi,
kecakapannya dalam memimpin Negara dan keberaniannya dalam mengawal
Nuswantara, sehingga negara-negara lain (kerajaan yang menginduk atau
kadipaten) akan sukarela menginduk di bawah sang pemimpin. Karakter ini yang
kemudian menjadikan Sitawaka ratu di kerajaan tersebut dan menjadi panutan
bagi rakyat yang ada di Arcapada. Karya ini diberi judul Hyang Sitawaka dalam
bahasa sansekerta Hyang artinya memuliakan sedangkan Sitawaka sita artinya
baik dan waka artinya api. Apabila diartikan nama Hyang Sitawaka diartikan
suatu gejolak spirit yang membara dalam memuliakan seorang pemimpin yang
menjadi panutan dalam sebuah kerajaan dan rakyatnya di Arcapada.
Lahirnya kembali Sitawaka sebagai titisan Betari Sri dan kemudian
dinobatkan menjadi seorang ratu di sebuah kerajaan Matswapati mendapatkan
berbagai permasalahan yang mengakibatkan terjadinya perang antara pengawal
Sitawaka dan para pasukan butho yang hendak menyarang daerah Nuswantara.
Sebagai pertahanan untuk melawan para pasukan butho pasukan Sitawaka di
bekali ilmu bela diri pencak silat, gerak-gerak pencak silat tersebut berpijak pada
salah satu pencak silat yang ada di Palembang tepatnya di daerah Sebalik yaitu
silat kuntau sebalik. Gerak tersebut kemudian menjadi pijakan gerak dasar pada
karya ini dengan berfokus pada posisi kuda-kuda, sikap dan gerak, serta langkah 5
pancer.
Sosok Sitawaka yang tegas sebagai seorang pemimpin akan
ditransformasikan kedalam tubuh sebagai instrument tari dan disajikan dalam
bentuk koreografi kelompok dengan Sebelas penari terdiri dari tujuh penari
perempuan dan empat penari laki-laki. Pemilihan jenis kelamin yang berbeda
sebagai pembeda antara pasukan butho dan pasukan Sitawaka. Tujuh penari
perempuan merupakan prajururit yang dibawa Sitawaka, sedangkan Lima penari
laki-laki merupakan para musuh yang hendak menyerang daerah Nuswantara
yang dikemas dalam sajian bentuk dramatik.
Kata Kunci : Memuliakan, Kuntau Sebalik, Sitawaka
Tidak tersedia versi lain