Tugas Akhir
Hahomion Na Tolu
Dalihan Natolu dalam kehidupan masyarakat Batak dianggap sebagai pandangan hidup yang memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Dalihan Natolu terbagi menjadi tiga kedudukan fungsional yaitu, Somba Marhulahula (hormat kepada keluarga dari pihak istri), Elek Marboru (mengayomi wanita) dan Manat Mardongan Tubu (bersikap sopan/hati-hati kepada teman semarga). Tiga kedudukan yang menjadi penyokong adat inilah yang disimbolisasikan ke dalam bentuk visual Dalihan Natolu (tungku berkaki tiga). Tungku yang memiliki tiga kaki, memiliki keseimbangan yang mutlak, karena tungku tersebut tidak dapat berdiri dan tidak dapat digunakan apabila salah satu kakinya rusak. Berdasarkan makna tersebut, leluhur suku Batak memilih tungku berkaki tiga sebagai falsafah hidup dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara atau satu marga dengan kelompok pemberi istri dan kelompok penerima istri. Segala kegiatan adat masyarakat Batak tidak dapat berjalan dan terlaksana apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada. Dalam karya Hahomion Na Tolu, penggunaan tiga orang penari yang terdiri dari satu penari perempuan dan dua penari laki-laki dianalogikan sebagai gambaran konsep keseimbangan nilai tiga yang terkandung dalam Dalihan Natolu. Koreografi dalam garap tari kelompok ini memanfaatkan media gerak hasil pengembangan beberapa motif Tari Tor-Tor Batak sesuai ketubuhan penata. Pengolahan motif ditekankan pada kualitas gerak tegas, kuat, dan perwujudan desain yang menunjukkan keseimbangan melalui gerak-gerak saling menyangga dan lifting. Busana dalam koreografi ini menggunakan bahan Ulos dan pilihan warna lebih pada warna merah, hitam dan putih, ketiganya merupakan warna yang digunakan dalam setiap kegiatan adat Batak. Musik tari diformat live dengan pola-pola hasil pengembangan Gondang Uning-uningan Batak. Karya ini diharapkan memberikan informasi tentang makna dan nilai yang terkandung dalam Dalihan Natolu.
Tidak tersedia versi lain