Penelitian
Perwujudan yang Sakral melalui Upacara Nadran di Cirebon
Para Nelayan dalam pekerjaannya mencari ikan di !aut, merupakan sumber hidup dan kehidupan. Aktivitas tersebut tidak luput dari berbagai gangguan ganggu an yang harus dihadapi , baik munculnya ketika di tengah lautan maupun di darat di lingkungan sosial pemukim an mereka. Gangguan di !aut dirasa lebih berat dibandingkan dengan gangguan di darat, peristiwa di laut lebih mencekam, mengerikan, menakutkan, mengecewakan bahkan nyawa pun menjadi kurbannya. Suasana itu dapat dikatagorikan menjadi fenomena 'krisis' yang dihadapai nelayan, dibalik suasana 'krisis' ada suasana kegembiraan, kebahagian, keberhasilan yang memenuhi hasrat keinginan nelayan .
Dua suasana yang menjadi nuansa dinamika kehidupan nelayan pada
umurnnya, khususnya Nelayan di Pesisir di Desa Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk Kota Madya Cirebon. Peristiwa Nadran merupakan aktivitas dimana nelayan mengungkapkan suasana dan kondisi kebahagiaan, keberhasilan yaitu, melalui yang disebut adat tradisi nelayan . Sebutan Nadran (Sedekah !aut) lebih melekat pada warga masyarakat nelayan, padahal kontruksinya merupakan suatu ritual/upacara. Upacara itu merupakan wujud dari kegiatan sosio religiusitas, tidak hanya kegembiraan yang diungkapkan, akan tetapi sekaligus permohonan keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah
Pelaksanaan kegiatan sosio religiusitas itu, warga masyarakat menghadirkan
pertunjukan wayang kulit sebagai media untuk mengungkapkan ekspresi estetis mereka. Di samping menghadirkan pertunjukan wayang, mereka mempersiapkan berbagai j enis jajan pasar , tumpeng , sayuran, buah -buahan, minuman, kepala kerbau, ada ayam hidup dan ayam yang sudah dimasak dan rujak uni (jeroan kerbau) . Bahan bahan tersebut dikemas di dalam replika kapal-kapalan. Aktivitas nelayan ini merupakan ungkapan yang sarat dengan simbol-simbol yang bermakna bagi mereka.
Aktivitas keseharian nelayim dengan mata pencahariannya merupakan
tindakan imanen, kemudian sarana dan prasarana yang disebutkan di atas dilakukan tindakan untuk menjadi (being) sakralitas yaitu melalui laku upacara (transendant). Dengan demikian warga masyarakat mewujudkan hasratnya ekpresianya melalui dimensi sakralitas tersebut.
Tidak tersedia versi lain