Tugas Akhir
Makna Spiritual Musik Gong Waning Dalam Ritual Adat Kematian Masyarakat Hewokloang Kabupaten Sikka Flores NTT
Gong Waning merupakan instrumen etnik yang berasal dari Kabupaten Sikka pulau Flores NTT, dimainkan dengan cara dipukul. Instrumen ini terdiri dari 6 buah gong dan 2 buah gendang (Waning) serta sebilah bambu (Lettar), yang memiliki frekuensi bunyi sangat kuat dan memilik banyak variasi pola permainan dari tempo cepat (Allegretto) hingga ke tempo yang sangat cepat (Allegro). Gong Waning kerap dihadirkan dalam berbagai ritual, baik yang bersifat sakral maupun yang bersifat profan. Kedudukan instrumen itu sendiri adalah sebagai pengiring tari yang bertema kegembiraan.
Spesifik dalam masyarakat Hewokloang, musik etnik Gong Waning tidak hanya diposisikan sebagai pengiring tari dalam ritual yang bernuansa kegembiran, melainkan diturut sertakan pula dalam kematian yang bertemakan duka. Namun, ritual kematian yang dimaksud dalam wilayah Hewokloang tidak melibatkan semua usia tetapi hanya dibatasi pada 70 tahun keatas dan dimainkan secara meriah layaknya pesta hiburan. Hal ini merupakan suatu bentuk kontradiksi dari keberadaan musik Gong Waning itu sendiri dalam masyarakat Sikka umumnya, yaitu sebagai pengring tari yang bertemakan kegembiraan. Dalam hal ini, ada dua persoalan yang dikaji mengenai fenomena yakni; pertama: mengidentifikasi makna spiritual musik Gong Waning dalam ritual adat kematian, dan kedua: mencari tahu pentingnya musik Gong Waning bagi kematian di usia 70 tahun keatas. Metode yang digunakan adah kualitatif dengan pendekatan etnografi kemudian menggunakan teori Mitologi dari R.Barthes, konsep Psikologi Sosial Musik dari Hargreaves.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama; makna spiritualitas musik Gong Waning dalam ritual adat kematian masyarakat Hewokloang adalah gembira. Bentuk ekspresi kegembiraan diungkapkan lewat tarian dan musik Gong Waning dengan beragam irama mengalir (Badu Blaba, Todu, dan Glebak), dan dalam tempo cepat (Allegro_Allegretto), serta volume suara sedang. Dalam kaitan dengan intra musikal, hal ini menandakan kegembiraan. Kedua:musik Gong Waning hanya diperuntukkan bagi orang meninggal dalam usia 70 tahun keatas merupakan bentuk simbolisasi Lero Lebek (matahari terbenam), dan (kemungkinan) bisa menuju Seu Lape Pitu Kota Lape Walu (surga), karena simbol Lero Lebek memiliki makna hari telah petang dan matahari akan terbenam sehingga usia 70 tahun identik dengang usia senja atau fase peristirahatan, dan kematian yang diarak dengan musik dan tarian diidentikan kematian raja.
Tidak tersedia versi lain