Tugas Akhir
Eksistensi Perempuan dalam Opera Batak: Studi kasus Zulkaidah Harahap
Kesenian yang identik denga,n dominasi maskulinitas atau seni maskulin yang terjadi pada Opera Batak secara musikal, tidak terlepas dari konsep yang dikonstruksi oleh ideologi patriarki dalam masyarakat komunalnya. Kenyataan ini ditantang oleh eksistensi seorang perempuan . Jika pada sebelumnya Opera Batak lebih bersifat seni maskulin secara musikal, dengan hadimya Zulkaidah Harahap, Opera Batak kini memiliki jalan yang berbeda . Tesis ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana eksistensi Zulkaidah Harahap dan arti pentingnya seb gai perempuan pada seni pertunj kan Opera Batak dalam masyarakat Batak Toba.
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan di Tiga dolok dan
Pematang Siantar, Sumatera Utara, tempat dimana Opera Batak dan Zulkaidali Harahap berasal. Pend katan perspektif feminisme digunakan untuk melihat persoalan yang terjadi pada perempuan dalam seni pertunjukan Opera Batak melalui studi kasus dan studi tokoh dari seorang seniman tradisi perempuan Zulkaidah Harahap dengan melakukan Metode penelitian rekonstruksi historis dan wawancara . Eksistensi perempuan dalam permasalahan ini dipandang sebagai suatu 'kreativitas' dilihat dari perspektif seni tradisi yang dikemukakan oleh teori George Herzog dalam tulisannya "kreativitas seniman musik tradisi". Eksistensi perempuan juga dilihat dari perspektif feminis eksistensialis yang dikemukakan oleh Simone de- Beauvoir melalui teori "Erases Transendensi perempuan" .
Eksistensialisme yang dihadirkan Zulkaidah • Hara,hap
memberi arti penting dalam panggung Opera . . Batak, •yang didefinisikan sebagai suatu 'Kreativitas' dalam Seni Pertunjukan Batak Toba. Kreativitas yang dilakukan Zulkaidah Harahap pada seni pertunjukan Opera Batak, dapat dilihat dalam dua hal. Pertama, sebagai Pemimpin perempuan pertama dan satu-satunya yang pemah memimpin sebuah grup Opera Batak. Kedua, sebagai Parmusik perempuan pertama yang berani dan mampu memainkan instrumen musik, hingga menjadi parmusik yang sejajar dengan laki-laki. Penyimpangan yang dilakukannya berhasil membuktikan bahwa perempuan, seperti juga laki-laki adalah Ada untuk dirinya sendiri, Diri yang memiliki hak untuk dipandang sebagai subyek kultural. Melaluinya, kini perempuan Batak tidak tabuh menjadi parmusik, dan dapat dipandang sebagai subyek dalam seni itu sendiri.
Kata Kunci: Eksistensi, Perempuan, Opera Batak, Zulkaidah Harahap.
Tidak tersedia versi lain