Tugas Akhir
Kajian Ikonografis Lukisan Go To Hell Crocodile Karya Djoko Pekik
Djoko Pekik adalah salah satu pelukis anggota Sanggar Bumi Tarung yang berhasil melewati masa-masa sulit sebagai eks tahanan politik. Sebagai seniman sosialis ia tetap konsisten mempertahankan ideologinya dalam menciptakan karya-karya seni yang berpihak pada realitas masyarakat bawah, dan peduli akan kondisi sosial-politik bangsa. Hal ini dapat ditandai dari karya lukisnya yang berjudul Go To Hell Crocodile, diyakini sarat makna yang disampaikan melalui simbol-simbol yang digambarkan pada wujud visual lukisan. Untuk mengungkap makna simbol lukisan, terdapat tiga persoalan yang perlu dikemukakan dalam penelitian ini yakni (1) aspek tekstual lukisan, (2) tema dan konsep terwujudnya lukisan, dan (3) latar belakang Djoko Pekik melukis buaya raksasa yang berujung pada pengungkapan makna simbolik lukisan.
Untuk mengurai persoalan tersebut, maka digunakan pendekatan ikonografis dari Erwin Panofsky yang akan diuraikan berdasarkan tiga tahapan, yaitu deskripsi pra-ikonografis, analisis ikonografis, dan interpretasi ikonologis. Menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif analitik dan interpretatif, meliputi beberapa tahapan, yaitu penentuan sampel, pengumpulan data (studi kepustakaan, wawancara dan observasi), analisis data, serta penyusunan laporan penelitian.
Aspek tekstual lukisan pada tahap deskripsi pra-ikonografis menunjukkan bahwa wujud lukisan Go To Hell Crocodile menggambarkan drama penyerangan oleh massa rakyat yang mengancam buaya raksasa yang sedang mengeruk dan menghisap isi perut bumi, masih tetap mempertahankan gaya emosi atau ekspresionisme dengan menampilkan figur-figur masyarakat bawah sebagai gaya pribadi Djoko Pekik, dan telah diaplikasikannya sejak bergabung dengan Sanggar Bumi Tarung. Pada tahap analisis ikonografis terungkap tema lukisan, yaitu drama penyerangan masyarakat bawah atas kebuasan kaum kapitalisme yang menghisap kekayaan alam Indonesia. Konsep dasar lukisan yaitu tentang perjuangan hidup melawan kezaliman, dalam konteks ini adalah eksploitasi kapitalisme atas alam.
Berdasarkan pandangan hidup dan latar belakang sosial seniman pada tahap interpretasi ikonologis, terungkap bahwa buaya raksasa yang dilukis Djoko Pekik merupakan bentuk simbolis dari kaum kapitalis yang memiliki sifat menyerupai buaya, yaitu buas, jahat, kuat, dan menakutkan. Nilai simbolik lukisan mengungkap kegeraman Djoko Pekik dan rakyat Indonesia atas kebuasan kaum kapitalis yang menghisap, yang selama ini bercokol dan menguasai kekayaan alam Indonesia.
Tidak tersedia versi lain