Tugas Akhir
Gending dalam Prosesi Panggih Pengantin G.K.R. Hayu dan K.P.H. Notonegoro di Kraton Yogyakarta
Dalam sistem kemasyarakatan, penggolongan-penggolongan antara
priyayi dengan wong cilik berpengaruh terhadap sistem ekonomi masyarakat dan
budaya masyarakat tersebut. Terutama dalam hal pelaksanaan acara hajatan atau
syukuran, dalam hal ini khususnya pada acara pernikahan. Di Keraton Yogyakarta
prosesi upacara dilaksanakan menurut pakem yang berlaku di Keraton
Yogyakarta, meskipun terdapat sedikit variasi di dalamnya dan penyajian gending,
terutama pada gending baku (gending yang tidak dapat diganti) disajikan secara
lengkap.
Penulisan ini merupakan salah satu upaya untuk menggali,
mendeskripsikan bagaimana penyajian gending dalam upacara adat panggih
pengantin G.K.R. Hayu dan K.P.H. Notonegoro di Keraton Yogyakarta. Meneliti
korelasi antara penyajian gending dengan prosesi upacara adat, dalam
penyajiannya tidak mengedepankan laras dan patet, gending dalam upacara adat
panggih merupakan gending baku sehingga tidak dapat digantikan dengan
gending yang lain, gending baku tersebut adalah Lancaran Bindri laras slendro
patet sanga, Ladrang Manten laras pelog patet barang dan Gending Boyong laras
pelog patet barang Kendhangan Lahela minggah Ladrang Boyong laras pelog
patet barang.
Penyajian gending dalam upacara adat ini dapat bersifat mandiri (uyon-
uyon) dan bersifat iringan. Karawitan mandiri disajikan saat mengisi suasana,
menjamu para tamu yang sedang menikmati hidangan sekaligus sebagai hiburan,
sedangkan karawitan iringan untuk mengiringi tari (dalam upacara adat pengantin
di Keraton Yogyakarta terdapat Beksan Bedhaya Manten dan Beksan Lawung
Ageng) dan sebagai iringan upacara adat. Waktu pelaksanaan penyajian gending
upacara adat di Keraton Yogyakarta ini tidak dapat ditentukan, dan merupakan
suatu pergelaran yang langka karena hanya dilaksanakan pada saat Sri Sultan
Hamengku Buwono mantu atau menikahkan putera-puterinya.
Materi penyajian gending upacara adat pengantin di Keraton Yogyakarta
menggunakan gending gaya Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif-analisis dengan mengumpulkan data, antara lain:
studi pustaka, observasi, dan analisis.
Tidak tersedia versi lain