Tugas Akhir
Perancangan Formula Sajian dan Garap Lelangen Tayub Tulungagung
Lelangen (tari) Tayub Tulungagung mempunyai spesifikasi dalam pola sajiannya. Dalam perkembangannya masyarakat yang berada disekitar Tulungagung sudah tidak mengenal lagi tentang esensi yang terdapat dalam setiap gerakan tari tersebut. Sebagai sebuah tarian ritual kesuburan, Lelangen Tayub intensitas pertunjukannya semakin menyusut. Hal ini menyebabkan kesenian Tayub sudah semakin asing dalam masyarakatnya sendiri.
Anggapan masyarakat yang negatif terhadap Lelangen Beksa Tayub sebagai salah satu sumber utama dari menyusutnya intensitas pertunjukan kesenian ini. Sebutan Teledhek bagi para penari Tayub seolah-olah merendahkan harkat dan martabat dari pendukungnya. Unsur minuman keras yang melingkupi pertunjukan Lelangenan Tayub semakin memperburuk dalam pertunjukannya. Melalui perancangan Lalangen Tayub yang diarahkan bagi para pelajar SD, SMP, SMU/K diharapkan dapat mengarahkan dan menginformasikan yang sebenar-benarnya dari filosofi dan nilai estetik yang meliputi ajeg, jejeg, wiraga, wirama, wirasa, luluh, lelet dan ngaleler (ngeleler) yang dimiliki oleh Lelangen Tayub Tulungagung sehingga masyarakat dapat memahami dan memiliki kesenian ini sebagai identitas daerahnya.
Perancangan ioni bertujuan memformulasikan dari garap Lelangen Tayub Tulungagung yang semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Asumsi yang negatif masyarakat terhadap kesenian ini menyebabkan status sosial para pendukungnya dirasakan sangat rendah atau dapat dikatakan hina. Para penari yang disebut dengan Teledhek mempunyai kedudukan sosial yang dianggap rendah karena dikaitkan dengan prostitusi. Lelangen Tayub Tulungagung yang dihubungkan dengan pengertian minuman keras juga masih ada kaitannya dengan paham Tantrayana yang pernah melingkupi kepercayaan masyarakat di Jawa. Namun tidak dapat disangkat bahwa kehadiran kesenian ini di tengah masyarakat juga harus mengemban tugas suci, karena menjadi pusat dalam upacara bersih desa maupun nyadran dan panen.
Diharapkan melalui sosialisasi Lelangen Tayub Tulungagung pada generasi muda (SD, SMP, SMU/K) diharapkan dapat menepis isyu negatif tersebut sehingga masyarakat dapat mendudukan kesenian ini sebagai asset budaya daerah setempat. Apabila generaasi muda dapat memahami dan melakukan semua pertunjukan itu, maka pada setiap even seremonial, upacara desa dan pariwisata masyarakat dapat melakukannya dengan dukungan secara luas.
Tidak tersedia versi lain