Tugas Akhir
Industri Tenun Lurik Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Kecamatan Pedan Klaten di Tengah Persaingan Global
Kebutuhan dasar manusia akan sandang telah melalui sejarah panjang sesuai dengan perkembangan tingkat kebudayaan manusia. Tenun Lurik pada awalnya hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sandang.
Motif tenun lurik memiliki makna tertentu dan merupakan gambaran falsafah hidup pemakainya. Nama-nama motif tenun lurik tradisional diambil dari flora dan fauna dilingkup sekitar, serta diambil dari benda-benda yang dianggap sakral akan memberik berkah serta dilindungi dari segala malapetaka, dengan istilah tolak bala. Nama-nama motif tradisional tersebut antara lain, motif Tumenggung, Bribil, Liwatan, Tumbar Pecah, Lasem dan Motif Telupat.
Dalam perkembangan tenun lurik tidak hanya digunakan sebagai bahan sandang tetapi luas lagi dapat digunakan dalam berbagai bentuk seperti interior dan perlengkapan busana produk-produk non sandang ini dibuat dengan menggunakan bahan dari perpaduan benang dan non benang yang berupa serat alam.
Slah satu sentra tenun lurik ATM di Indonesia berapa di kecamatan Pedan Klaten. Keberadaan industri tenun lurik mulai tergeser oleh produk tekstil pabrikan. Hal ini menyebabkan sebagaian pengrajin lurik tidak dapat mampu bertahan, salah satu perajin tenun yang mampu bertahan adalah Raden Rachmad yang merupakan pemiliki industri tenun lurik " PT Sumber Sandang".
Kunci Kesuksesan Rachmad dalam mempertahankan Industri tenunnya adalah inovasi. Rachmad bukan hanya mengolah motif-motif baru tetapi juga mengkombinasikan benang lawe dengan berbagai bahan alam seperti rami, akar wangi, ijuk, enceng gondong dan serat agel. Selain itu kesuksesannya juga ditentukan oleh faktor-faktor eksternal seperti pasar dan kebijakan pemerintah yang mendukung keberadaan industri kecil.
Tidak tersedia versi lain