Tugas Akhir
Anak kandung
Setting budaya lokal (Bali) telah banyak mempengaruhi pola pikir, sikap,
perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungan non-Bali. Sungguhpun berusaha
ditampikkan, lekatan konsep-konsep berkehidupan dalam bermasyarakat di Bali
sudah menyelimuti keseluruhan. Rwabhineda, adalah istilah yang memayungi
kenyataan yang nyata dan kesemuan yang nyata. Mengapa demikian? Kenyataan
yang nyata menyeret makna hal-hal yang terindera; dapat dilihat, disentuh,
dicium, dan seterusnya yang bersesuaian. Di sisi yang lain, terdapat kenyataan
semu yang nyata, dengan ekor pengertiannya tidak terindera, tidak pula dapat
dilihat dengan mata telanjang, namun hal itu bisa menghapus segala rupa
kemustahilan dengan catatan, sebuah keharusan menanggalkan segala bentuk
aktivitas keduniawian yang merabunkan ‘mata bathin’.
Sebagaimana telah penulis paparkan, dualisme yang membumi di tanah
Bali (khususnya) telah menginspirasi, dan memotivasi ketersentuhan bathin
penulis untuk menciptakan rangkaian nada-nada yang merefleksikan asal-muasal
terciptanya dunia ini (konsep Hindu) yakni cetana dan acetana. Dualitas ini
memiliki ragam presentasi (baca: siang-malam, hitam-putih, tinggi-rendah, dst.)
sungguh mungkin dibedakan, tetapi mustahil dipisahkan. Kandungan esensial dari
konsep rwabhineda telah menyulut api kreativitas penulis, dan selanjutnya
mendistribusikan api itu dengan bingkai tajuk Anak Kandung.
Anak Kandung bagi penulis sebentuk ruang rekreasi yang diaplikasikan
kedalam sebuah komposisi musik. Meminjam seperangkat pisau metodologi
penciptaan yang dirasa tepat mengupas hakikat Anak Kandung. Metode yang
penulis aplikasikan di antaranya tahap eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan.
Semua kerangka pikiran tersebut dilebur menjadi satu bagian integral yang tak
terpisah pula dengan garapan. Semoga pencerahan (katarsis), menjadi buah yang
berfaedah bagi penulis dan semua civitas yang terlibat dalam garapan musik Anak
Kandung.
Tidak tersedia versi lain